Belajar Menapaki Kehidupan & Berevolusi Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik.
Mutiara Hati

Visi :
"Menapaki Revolusi Era Baru Bangsa Indonesia Tahun 2045"
Sang Mutiara Hati. Diberdayakan oleh Blogger.
Anda Butuh Training Manajemen, Training SDM, Survey Kepuasan Pelayanan dan Research di Perusahaan Anda?

Rencana BRICS Membuat Mata Uang Bersama, Realistiskah?

 Sejarah BRICS

BRICS adalah singkatan dari negara-negara Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan dalam bahasa Inggris. Kelompok BRICS pertama kali dibentuk pada tahun 2009 dengan tujuan untuk memperkuat hubungan ekonomi dan politik antara negara-negara anggota dan meningkatkan pengaruh mereka dalam urusan global.

Tujuan didirikannya BRICS adalah untuk perekonomian global, yakni kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan, sains dan teknologi, pertanian, budaya, pendidikan, serta kesehatan. Selain itu, BRICS dibentuk untuk menjunjung keamanan dan kesejahteraan.

BRICS didirikan dengan beberapa alasan utama, di antaranya:

  1. Potensi ekonomi yang besar: Negara-negara BRICS memiliki ekonomi yang besar dan berkembang pesat, dengan potensi pertumbuhan yang lebih besar lagi di masa depan. Mereka memiliki populasi yang besar dan beragam, cadangan sumber daya alam yang melimpah, serta industri yang berkembang dengan pesat.

  2. Pengaruh global yang meningkat: Negara-negara BRICS memiliki pengaruh yang semakin besar dalam urusan global, baik dari segi ekonomi maupun politik. Dengan bergabung dalam kelompok BRICS, mereka dapat meningkatkan pengaruh mereka secara kolektif dan memperkuat posisi mereka dalam menghadapi tantangan global.

  3. Kesamaan pandangan dan kepentingan: Negara-negara BRICS memiliki kesamaan pandangan dan kepentingan dalam beberapa isu global, seperti reformasi sistem keuangan internasional, perdagangan internasional, dan isu-isu lingkungan. Dengan bergabung dalam kelompok BRICS, mereka dapat bekerja sama dan memperkuat posisi mereka dalam menghadapi isu-isu tersebut.

  4. Kerjasama dan pertukaran pengalaman: Melalui BRICS, negara-negara anggota dapat meningkatkan kerjasama dan pertukaran pengalaman dalam berbagai bidang, seperti teknologi, pendidikan, dan budaya. Hal ini dapat membantu mereka meningkatkan kemajuan ekonomi dan sosial di negara-negara mereka.

Lalu benarkah BRICS ini didirikan untuk melakukan dedolarisasi dan mengurangi dominasi US dan sekutunya dalam mengontrol politik dan ekonomi dunia?

Negara-negara BRICS yang terdiri atas Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan mempertimbangkan membuat mata uang baru untuk memfasilitasi perdagangan. Perjanjian terkait itu diprediksi paling cepat terjadi pada Agustus, ketika negara-negara tersebut bertemu dalam pertemuan puncak tahunan di Afrika Selatan.

Penciptaan uang baru tersebut menjadi upaya BRICS menyingkirkan dolar AS dan melawan hegemoni Amerika Serikat. Dorongan melakukan dedolarisasi semakin kuat setelah perang Rusia-Ukraina dimulai Februari tahun lalu. Dan pekan lalu, gerakan ini mendapat dorongan lebih lanjut ketika Wakil Ketua Duma Negara Rusia, Alexander Babakov, mengatakan bahwa negara-negara BRICS sedang dalam proses menciptakan media baru untuk pembayaran.

Media pembayaran baru ini didirikan berdasarkan strategi yang tidak mempertahankan dolar atau euro. Dolar AS telah disebut sebagai rajanya mata uang. Dolar AS menjadi mata uang cadangan resmi dunia pada 1944. Keputusan ini dibuat oleh delegasi dari 44 negara sekutu yang disebut Perjanjian Bretton Woods.

Dorongan melakukan dedolarisasi semakin kuat setelah perang Rusia-Ukraina dimulai Februari tahun lalu.

 Sejak itu, dolar menikmati status yang kuat di dunia. Hal ini telah memberikan pengaruh yang tidak proporsional terhadap ekonomi lain. Padahal, Amerika Serikat telah lama menggunakan pengenaan sanksi sebagai alat untuk mencapai tujuan kebijakan luar negeri.

Namun, tidak semua orang suka bermain sesuai aturan AS. Negara-negara seperti Rusia dan Cina ingin menghentikan hegemoni dolar. Proses ini disebut dedolarisasi atau mengacu pada pengurangan dominasi dolar di pasar global. Ini adalah proses penggantian dolar AS sebagai mata uang yang digunakan untuk perdagangan minyak atau komoditas lainnya.

Para pendukung dedolarisasi mengatakan, proses ini akan mengurangi ketergantungan negara lain pada dolar AS dan ekonomi Amerika Serikat. Langkah ini juga dapat membantu mengurangi dampak perubahan ekonomi dan politik di AS terhadap ekonomi mereka sendiri. Selain itu, negara-negara dapat mengurangi keterpaparan terhadap fluktuasi mata uang dan perubahan suku bunga, yang dapat membantu meningkatkan stabilitas ekonomi dan mengurangi risiko krisis keuangan.

Upaya tersebut agaknya berjalan cukup cepat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022, Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat bahwa bank sentral saat ini tidak memegang greenback sebagai cadangan dalam jumlah yang sama seperti sebelumnya. "Bagian dolar dari cadangan devisa global turun di bawah 59 persen pada kuartal terakhir tahun lalu, memperpanjang penurunan dua dekade, menurut data Komposisi Mata Uang dari Cadangan Devisa Resmi IMF," demikian laporan First Post, Selasa (4/4/2023).

Hal yang mengejutkan adalah penurunan pangsa dolar tidak disertai dengan peningkatan  poundsterling, yen, dan euro. Sebaliknya, pergeseran dolar terjadi dalam dua arah, yaitu seperempat ke dalam renminbi Cina dan tiga perempat ke dalam mata uang negara-negara kecil yang telah memainkan peran terbatas sebagai mata uang cadangan.

Untuk menghukum Rusia atas invasinya ke Ukraina, negara-negara barat membekukan cadangan mata uang asing Rusia tahun lalu sebesar 300 miliar dolar AS dan mengeluarkan bank-bank Rusia dari sistem pembayaran internasional Swift. Direktur Pelaksana platform investasi Bestinvest, Jason Hollands, menjelaskan, “persenjataan” dolar telah mengguncang banyak negara, bukan hanya Rusia.

“Negara-negara yang ingin terus berdagang dengan Rusia, seperti India dan Cina, telah mulai melakukannya dalam rupee dan yuan, memicu pembicaraan tentang dedolarisasi tatanan perdagangan internasional," kata Hollands.

Hollands menambahkan, Brasil dan Cina sekarang saling berdagang dalam yuan dan membantu menetapkan renminbi Cina sebagai mata uang internasional dan penantang dolar.

India juga telah mencoba menjauh dari dolar. Baru-baru ini, 18 negara, termasuk Inggris Raya, Jerman, Rusia, bahkan Uni Emirat Arab, telah diberi izin untuk berdagang dalam mata uang rupee India. Pada Februari, ekonom terkemuka Nouriel Roubini mengatakan, rupee India dari waktu ke waktu dapat menjadi salah satu mata uang cadangan global di dunia.

“Orang bisa melihat bagaimana rupee bisa menjadi beberapa perdagangan yang dilakukan India dengan negara-negara lain di dunia, terutama perdagangan Selatan-Selatan bisa menjadi kendaraan mata uang. Itu (rupee India) bisa menjadi satuan hitung, bisa menjadi alat pembayaran, bisa menjadi penyimpan nilai. Tentu saja, rupee dari waktu ke waktu bisa menjadi salah satu dari berbagai cadangan mata uang global di dunia," ujar Roubini.

Menurut laporan dari kantor berita milik negara Rusia, Sputnik, mata uang baru ini dapat mengurangi ketergantungan dunia pada dolar AS dan Euro. Pekan lalu, Presiden Putin mengadopsi kebijakan luar negeri baru yang menempatkan India dan Cina di garis depan. Pengumuman itu datang beberapa hari setelah Perdana Menteri Cina Xi Jinping mengunjungi Moskow untuk memperkuat kemitraan tanpa batas.

Menurut laporan Bloomberg, mata uang yuan Cina telah menggantikan dolar AS sebagai mata uang yang paling banyak diperdagangkan di Rusia. Yuan melampaui dolar dalam volume perdagangan bulanan pada Februari untuk pertama kalinya dan perbedaannya menjadi lebih jelas pada Maret. Sebelum invasi, volume perdagangan yuan di pasar Rusia tidak diperhitungkan.

Realistiskah rencana pembuatan Mata Uang Bersama BRICS?

Ekonomi global telah mengalami perubahan signifikan dan berbagai negara menjadi lebih berpengaruh di arena internasional. Salah satu kelompok ekonomi yang muncul adalah negara-negara BRICS yang meliputi Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan. Negara-negara ini telah mengambil langkah-langkah untuk memperkuat kerja sama ekonomi mereka dan mengembangkan sistem keuangan yang lebih mandiri. Salah satu inisiatif utama yang diambil oleh negara-negara BRICS dalam hal ini adalah gagasan untuk menciptakan mata uang bersama untuk perdagangan dan investasi di antara mereka sendiri, yang disebut mata uang BRICS. Namun, terlepas dari antusiasme beberapa pendukung terhadap gagasan mata uang BRICS, ada beberapa kendala yang membuat proposal ini menantang. Salah satu kendala utama untuk menciptakan mata uang BRICS adalah perbedaan yang signifikan antara negara-negara tersebut, seperti perbedaan struktur ekonomi dan tingkat perkembangan ekonomi. Selain itu, kurangnya sistem politik bersama dan kebijakan moneter yang berbeda semakin memperumit kemungkinan menciptakan mata uang tunggal. Selain itu, ekonomi global saat ini didominasi oleh dolar AS dan mengubah dinamika ini akan membutuhkan upaya dan waktu yang signifikan. Masalah lain yang harus dihadapi negara-negara BRICS dalam membangun mata uang mereka sendiri adalah membangun kepercayaan di antara mereka sendiri.

0 Komentar untuk " Rencana BRICS Membuat Mata Uang Bersama, Realistiskah? "
Back To Top