Belajar Menapaki Kehidupan & Berevolusi Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik.
Mutiara Hati

Visi :
"Menapaki Revolusi Era Baru Bangsa Indonesia Tahun 2045"
Sang Mutiara Hati. Diberdayakan oleh Blogger.
Anda Butuh Training Manajemen, Training SDM, Survey Kepuasan Pelayanan dan Research di Perusahaan Anda?

Gunung Merapi Meletus

Laporan RadarTegal Breakingnews

Puluhan Korban Dilarikan ke RS
KLATEN – Apa yang dikhawatirkan selama ini akhirnya menjadi kenyataan. Gunung Merapi akhirnya meletus. Letusan ini ditandai dengan hujan abu dan luncuran Wedus gembel atau awan panas dari perut Gunung Merapi, kemarin petang (26/10).
Wedus gembel ini merupakan salah satu ancaman terbesar dari Merapi selain lontaran material vulkanik. Lontaran awan panas ini kali pertama terdeteksi pukul 17.15 kemarin.
Wedus gembel ini meluncur ke arah selatan. Munculnya Wedus Gembel ini sontak membuat warga yang tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) kalang kabut. Informasi yang berhasil dihimpun Radar Solo, sebelum awan panas meluncur dari puncak di sekitar Lereng Merapi hujan deras dan langit tertutup mendung. Sehingga saat awan tersebut keluar dan meluncur ke arah Selatan tidak banyak yang tahu.
Penasihat Paguyuban Sabuk Gunung (Pasag) Merapi Sukiman mengatakan, awan panas keluar terus menerus sejak pukul 17.15 volumenya kadang kecil kadang membesar.
“Karena kondisi mendung jadi sulit untuk dilihat secara pasti besaran awan yang keluar dari puncak Gunung Merapi. Yang jelas mengarah ke Selatan kemungkinan ke Kali Gendol, Jogjakarta dan Kali Woro, Klaten. Warga yang ada di KRB III sangat tinggi risikonya terkena awan ini,” ujarnya kemarin.
Selain awan panas, di dalam Gunung Merapi masih terdengar suara gemuruh yang juga semakin keras. Suara tersebut dipicu adanya guguran meteri vulkanik akibat tekanan dari magma bumi. Sehingga terjadi longsor yang cukup besar.
“Ini sangat terdengar jelas di sekitar Pos Pemantau di Dusun Ndeles, Desa Sidorejo. Kami sudah mulai mengevakuasi warga yang sebelumnya hanya tenang dan berdiam diri di rumah. Mereka sudah mulai bergerak ke Pos Pengungsian,” tambahnya.
Warga sejak dua hari lalu sudah berkemas, saat ini tengah bersiap-siap menuju lokasi pengungsian. Mereka diangkut menggunakan truk yang sudah disiapkan di setiap RT. Kondisi awas memang cepat, sehingga diperlukan langkah sigap untuk mengantisipasi kemungkinan buruk yang terjadi. “Sudah ada sekitar 20 truk yang siap untuk mengangkut warga. Kami langsung siapkan agar semua dapat terangkut, keluarnya awan panas membuat warga di Dusun Ndeles sangat rentan terkena luka bakar,” ungkapnya.
Kondisi serupa juga terjadi di Desa Balerante. Warga yang awalnya menolak untuk dievakuasi kemarin petang langsung geger. Tentu saja kondisi ini membuat perangkat desa dan Satkorlak PB harus bekerja ekstra untuk mengangkut warga yang sudah ketakutan. “Kami sudah mulai bergerak ke Desa Bawukan (pos Pengungsian). Banyak warga yang khawatir dengan munculnya awan panas tersebut,” ujar Kadus I Desa Balerante Zainu.
Dia menambahkan, sejak pagi perangkat desa sudah menyosialisasikan agar warga mau dipindah ke barak pengungsian. Namun banyak yang masih nekat untuk bertahan di rumah masing-masing. Sebelumnya, tanda-tanda meletusnya Merapi terlihat jelas. Ini ditunjukkan pada perkembangan aktivitas di puncak gunung setiap menitnya terus meningkat. Magma yang berada di perut Merapi pun sudah mendekati kubah.
Tanda-tanda lain, guguran lava mengalami peningkatan signifikan. Terlebih, di puncak Merapi mengalami pembengkakan baru ke arah utara (Boyolali). Dengan kondisi ini, kemungkinan besar lereng Merapi sebelah utara (Boyolali) terkena dampak letusan. Di bagian puncak Merapi, sehari kemarin terus mengeluarkan asap pekat. Fenomena ini yang dinamakan bahwa magma sudah semakin mendekat ke kubah puncak Merapi. Pengamatan kami memang asap pekat sebagai tanda magma sudah naik,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Jogjakarta Subandriyo ketika dihubungi via ponsel dari Boyolali kemarin (26/10).
Hasil pengamatan yang dihimpun BPPTK, magma semakin mendekat ke kubah. Material panas pun juga sudah keluar dan disertai asap kecokelatan. Ini terlihat di Pos 2 Pengamatan Merapi Desa Jrakah, Kecamatan Selo. “Muncul asap tebal kecokelatan. Ketinggiannya sekitar empat ratus meter,” kata petugas Pos 2 Pengamatan Merapi Tri Mujianto. Asap tebal kecokelatan ini baru diketahui sekitar pukul 17.05. Pengamatan sore kemarin, cuaca cukup cerah. Sehingga asap tebal kecokelatan sudah mulai tampak di puncak Merapi.
Tri Mujianto mengatakan, aktivitas kegempaan dan guguran material semakin cepat. Selain itu tingkat deformasi juga semakin membengkak, termasuk yang mengarah ke utara atau ke Boyolali. Dengan kondisi ini petugas Pos Pengamatan siaga penuh untuk mengamati Merapi. “Semula hanya satu petugas, sekarang menjadi dua orang. Karena harus on time,” terangnya.
Dia harus melaporkan tiga jam sekali ke BPPTK. Hasilnya, data kegempaan yang terekam mengalami peningkatan yang sangat pesat. Data kegempaan menunjukkan jumlah guguran tertanggal 26 Oktober pukul 00.00-06.00, tercatat 112 kali dengan tingkat sedang. Sedangkan gempa multiphase (MP) pada jam yang sama tercatat 183 kali. Sementara untuk gempa vulkanik A tercatat tiga kali dan vulkanik B tercatat 115 kali. Data yang sama pada 25 Oktober, saat penetapan status awas, selama 24 jam untuk guguran material tercatat 454 kali dan MP sebanyak 624 kali.
Untuk gempa vulkanik A sebanyak Sembilan kali dan vulkanik B sebanyak 113 kali. Selain data kegempaan, untuk deformasi yang mengarah ke selatan dan barat daya sudah mencapai hitungan meter. Sementara untuk deformasi yang mengarah ke utara atau arah Boyolali, sudah terjadi penurunan angka deformasi dari dua reflektor yang dipasang di puncak.
Petugas Pos 2 Desa Jrakah lainnya Purwono mengatakan, pembengkakan juga terjadi pada arah Boyolali. Meskipun lebih kecil jika dibandingkan yang mengarah ke selatan dan barat daya, namun deformasi ini juga menjadi perhatian. “Deformasi selama ini belum pernah ke arah Boyolali. Jadi ini pembengkakan baru ke utara,” katanya.
Pantauan di sejumlah wilayah paling dekat puncak Merapi, Dusun Stabelan, Gumukrejo, Desa Tlogolele, suhu udara terasa sangat panas. Siang hari puncak Merapi terus mengeluarkan asap tebal. Meski demikian, begitu warga belum menunjukkan niatan akan mengungsi. “Ya ngapunten, tapi kami masih menunggu instruksi dari para pembesar,” tutur Darmo Ropeni, 50, warga Dusun Gumukrejo.
Darmo mengatakan, jika terpaksa mengungsi dirinya akan lari ke arah Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Namun meskipun sering mendengar suara gemuruh dan melihat guguran, dia dan warga yang lain masih tenang-tenang saja beraktivitas seperti biasa. Relawan Siaga Sementara itu ratusan elemen relawan yang terdiri dari Tagana Boyolali, RAPI, serta SERU (Solo Emergency Unit) yang terdiri dari Tim SAR UNS, Mer-C Solo, PMI se-Surakarta, Vagus Mapala Fakultas Kedokteran UNS, dan tim kesehatan dari Solo. “Kami sudah mengerahkan sekitar 500 personel untuk stand by siaga bencana Merapi,” kata Koordinator Seru Sentot Subroto.
Koordinator Taganan Boyolali Ichsanudin mengatakan, juga sudah menempatkan personel di masing-masing dukuh yang termasuk kawasan rawan bencana (KRB) III. Masing-masing dukuh disiapkan tiga personel untuk membantu warga mengungsi sewaktu-waktu. (oh/un/nan)
0 Komentar untuk " Gunung Merapi Meletus "
Back To Top