Menggalang Optimisme
Sawitri Supardi Sadarjoen  ; 
   Penulis Rubrik Konsultasi Psikologi Harian Kompas, Dekan
  Fakultas Psikologi Universitas YARSI
KOMPAS,
 16 Maret 2014
Pada umumnya
  seseorang yang optimistis terhadap masa depannya akan melaporkan bahwa
  dirinya bahagia dan puas dalam kehidupannya. Memang benar, apabila seseorang
  menilai dirinya dalam sisi positif, ia juga akan merasa yakin bahwa dirinya
  adalah pengendali kehidupan pribadinya. Biasanya, mereka pun sukses dalam
  interaksi sosial dan melihat masa depan dengan penuh harapan serta ekspektasi
  yang positif.
Seligman
  (1990) berpendapat bahwa optimisme dapat dipelajari, dengan catatan,
  perkembangan sikap optimistis yang kemudian menjadi sikap mental dasar
  seseorang hendaknya terkait dengan cahaya realitas kehidupan yang
  dihadapinya. Kecuali itu, kondisi yang penting dan ikut berkontribusi adalah
  makna status kesehatan fisik yang juga positif. Artinya, kalaupun ada keluhan
  fisik, sifatnya hanya proporsional, bahkan minimal. Jadi, orang optimistis
  merasa sehat fisik dan sehat mental dan memiliki antisipasi akan masa depan
  yang sukses pula.
Seperti
  halnya kendali pribadi pada individu, maka konsep optimisme dapat dilihat sebagai
  hal yang sifatnya disposisional. Artinya, merupakan hasil antisipasi
  seseorang ke arah masa depan yang positif. Cara pandang optimisme lainnya
  bisa dilakukan dengan cara mengingat kembali kemampuan diri yang pernah
  dimanfaatkan dalam mengatasi masalah pada masa lalu. Di sini terjadi dialog
  dengan diri yang membuat kita memiliki perspektif pola pandang masa depan
  yang lebih positif. Proses tersebut diartikan sebagai optimisme yang sedang
  kita dipelajari, melalui pengalaman masa lalu yang sukses.
Lepas dari
  dua cara pandang kita tentang optimisme tersebut di atas, pada dasarnya kita
  harus memahami bahwa optimisme adalah satu sikap mental manusia yang memiliki
  pandangan hidup yang diwarnai oleh kebahagiaan dan kepuasan, dengan tetap
  mempertimbangkan realitas hidup yang sedang dihadapi dan dialami saat ini.
Optimisme yang dipelajari
Dari
  uraian teoretis sederhana di atas, akhirnya kita menemukan rangkaian jalan
  praktis yang dapat membuat kadar optimisme menghadapi hidup ini meningkat.
  Dengan demikian kita dapat hidup berbahagia karena merasa yakin bahwa masa
  depan kita dapat direncanakan dan dilalui dengan hasil seoptimal mungkin.
  Dalam hal ini, Seligman juga mengungkap bahwa dalam optimisme terkandung tiga
  komponen diri yang penting, yaitu keyakinan diri, kepercayaan diri, dan
  kecukupan diri. Ketiga komponen optimisme tersebut berperan secara bergantian
  dalam diri pribadi kita, sesuai dengan tuntutan kebutuhan kita pada suatu
  waktu tertentu. Untuk itu, marilah kita rinci pemahaman kita tentang ketiga
  komponen tersebut.
• Keyakinan diri, adalah penghayatan
  perasaan saat seseorang merasa diri tegak pada satu posisi sosial tertentu,
  mampu menempatkan dan memanfaatkan potensi yang dimilikinya dengan penuh
  keyakinan, memiliki tingkat kepercayaan kepada orang lain dalam kaitan guna
  menggapai masa depan yang terencana.
Timbul
  pertanyaan dalam diri, sejauh manakah tingkat keyakinan akan kemampuan diri
  kita? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikanlah jeda waktu khusus bagi
  diri kita untuk menggali dan mencermati potensi diri kita yang positif yang
  pernah kita gunakan pada saat kita berhasil mengatasi masalah yang kita
  hadapi di masa lalu, apakah saat kita masih anak-anak, masih remaja, atau
  setelah beranjak dewasa. Yakinkanlah diri atas potensi positif tersebut dan
  cobakan kembali saat kita punya masalah yang harus kita selesaikan saat ini.
• Kepercayaan diri, dengan menemukan
  kembali energi positif setelah menggali pengalaman keberhasilan pada masa
  lalu, bangkitkanlah rasa percaya diri dengan mengabaikan emosi negatif
  (merasa terpuruk, kesal, uring-uringan, sedih, putus asa, depresi) yang saat
  terakhir ini menguasai diri kita. Untuk itu, pilihlah suatu kegiatan yang
  membuat kita bisa senang, misalnya mencari sahabat masa lalu, mengajaknya
  melakukan kegiatan yang menyenangkan, atau bergabung dengan komunitas sosial
  yang kegiatannya cocok dengan hobi kita.
• Kecukupan diri, adalah kepercayaan
  keberadaan sumber daya dalam diri yang melayani kebutuhan energi psikis
  positif bagi penggalang teraihnya harapan masa depan yang baik, seperti
  motivasi kita untuk berprestasi, perasaan nyaman dan sejahtera, serta rasa
  puas diri. Jadi, kecukupan diri ini menjadi sumber daya energi psikis yang
  mendorong kita untuk memanfaatkan energi psikis yang dapat kita gunakan untuk
  pencapaian harapan sejahtera di masa mendatang.
Sebenarnya,
  motivasi kita untuk melakukan satu aktivitas atau kegiatan lebih mengacu pada
  keyakinan dan kepercayaan akan kemampuan yang kita miliki berdasar pada
  ketiga komponen optimisme tersebut di atas dan bukan karena kenyataan
  obyektif dari kemampuan kita yang sebenarnya. Jadi, menghargai dan meyakini
  potensi diri sangat penting perannya.
 
    
0 Komentar untuk " Menggalang Optimisme "