Belajar Menapaki Kehidupan & Berevolusi Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik.
Mutiara Hati

Visi :
"Menapaki Revolusi Era Baru Bangsa Indonesia Tahun 2045"
Sang Mutiara Hati. Diberdayakan oleh Blogger.
Anda Butuh Training Manajemen, Training SDM, Survey Kepuasan Pelayanan dan Research di Perusahaan Anda?

Diam Tak Selamanya Emas

Ketika kau lantang bicara tentang hak-hakmu, tetapi kau melupakan kewajibanmu. namun saat waktu membelitmu, dan kau pun sontak berteriak menjerit dengan alasan hak-hakmu terampas oleh para rejim. tumpukan emas pun tak kau hiraukan kalau kau bercengkrama penuh haru. 

pertama, penulis mungkin belum tau betul apa itu maksud dari peribahasa "Diam Itu Emas", tetapi penulis mau sok-sokan tau kenapa harus diam untuk mendapatkan emas hehehe, mungkin peribahasa itu benar bahwa diam itu emas, karena dengan diam tentunya kita akan terhindar dari masalah namun entah ini pendapat saya yang ngawur atau mungkin pendapat yang asal keluar aja, bahwa diam itu tak selamanya menjadi emas, karena dalam diam tak'kan menyelesaikan masalah dan terus memberikan statemen juga tidak selamanya bisa menyelesaikan sebuah masalah. dan maaf sikap diam itu sikap mental terjajah yang sengaja di set oleh para penjajah untuk tidak membiasakan para pribuminya berargumen atau memberikan statemen.

kedua, penulis mungkin terlalu naif atau bahkan terlalu khilaf jika memberikan statmen berlebihan tentang "diam tak selamanya emas" tapi yang selalu di pertanyakan penulis dalam hati kenapa tidak "diam itu intan" atau "diam itu platinum" hehehe terlalu berlebihan mungkin statemen yang di buat penulis sehingga banyak orang yang menyebut penulis ini lebay tetapi tidak alay lho. penulis hanya mencoba mengembangkan imajinasi berfikir, berkarya, dan juga menuangkan gagasan yang ada di kepala lewat tarian jemari dalam setiap tuts keyboard menjadi sebuah tulisan yang mungkin memberikan sedikit inspirasi bahwa tak selamanya diam itu menjadi emas.

ketiga, ada sebuah pengalaman menarik dalam diri penulis ketika bicara tentang diam, bahwasannya semasa kecil penulis adalah sosok yang pendiam tak banyak kata yang terlontar dari bibir penulis tetapi penulis lebih banyak menghabiskan waktunya berimajinasi lewat tulisan kecil yang mungkin sangat tidak di mengerti oleh rekan sebayanya yang lebih banyak mengeluarkan ide-ide berpikirnya lewat argumen. namun penulis memang tidak terbiasa berargumen hanya bisa memberikan gambaran secara visual lewat tulisan. namun beranjak dewasa penulis mulai berpikir bahwa memberikan gagasan lewat visual tak selamanya memberikan kontribusi yang berarti untuk orang lain bahwa kita punya gagasan yang perlu di sebar luaskan kepada orang lain dan gagasan itu penting untuk kebaikan bersama.
0 Komentar untuk " Diam Tak Selamanya Emas "
Back To Top