Belajar Menapaki Kehidupan & Berevolusi Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik.
Mutiara Hati

Visi :
"Menapaki Revolusi Era Baru Bangsa Indonesia Tahun 2045"
Sang Mutiara Hati. Diberdayakan oleh Blogger.
Anda Butuh Training Manajemen, Training SDM, Survey Kepuasan Pelayanan dan Research di Perusahaan Anda?

Tantangan Partai Politik Dalam Menghadapi Globalisasi

Tantangan Partai Politik Dalam Menghadapi Globalisasi


Partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk dengan tujuan khusus. Definisi menurut UU No 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik, yang dimaksud dengan partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam dunia politik praktis, ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para politisi yang mengarungi dunia yang katanya paling keras dalam kehidupan di dunia. Pertama, Dunia politik adalah dunia yang keras penuh dengan intrik juga banyak yang menganggap politik sebagai dunia yang paling praktis karena banyak yang menganggap bahwa dunia politik sebagai sesuatu yang berkaitan dengan kekuasaan, mempertahankan atau bahkan merebut kekuasaan tersebut dengan segudang cara. Kalau cara itu sangatlah beretika tidaklah masalah namun yang dipermasalahkan adalah dalam dunia politik sering kali terjadi cara-cara kotor yang bersebrangan dengan etika adakalanya banyak perilaku atau cara-cara simpatisan partai politik yang membuat kening mengerut. Sebenarnya ini murni perilaku dari simpatisan atau mungkin cerminan dari perilaku para pemimpinnya.
Kedua, kehidupan dalam politik praktis sangatlah lekat dengan rakyat atau konstituennya, dengan maraknya perilaku para politisi yang korupt maka akan berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat kepada partai politik itu sendiri. Padahal yang korup itu hanya segelintir politisi busuk tetapi dampaknya sangat dahsyat terhadap partai politik. Tidak tanggung tanggung penurunan kepercayaan masyarakat terhadap parpol mencapai 77,6 persen atau sekitar 22,4 persen saja yang masih percaya pada partai politik (dari 2117 responden, hasil Survey CSIS bulan Januari 2012). Kalau masyarakat sudah apatis itu sudah menyentuh level berbahaya. Masyarakat ini bisa frustrasi, tidak percaya lagi sama sistem. Tidak mau berpartisipasi. Bahkan suatu saat kalau ditambah dengan kondisi lain seperti kondisi ekonomi, bisa bentuk-bentuknya berupa ekspresi dalam bentuk kekerasan kolektif bisa sampai kesana. Partisipasi masyarakat termasuk juga dalam penyelenggaraan pemilu. Sehingga tantangan politisi atau negarawan disini sangatlah besar apabila ingin tetap dipercaya oleh rakyat. Jadi fungsi merekrut orang untuk duduk sebagai wakil rakyat, fungsi merekrut dan mempromosikan orang untuk menjadi pemimpin, itu harus dijalankan dengan benar. Nah yang dilakukan selama ini kan penyimpangan dan penyelahgunaan. Memilih dan mempromosikan orang karena orang itu banyak uang dan orang itu banyak memberikan bantuan yang besar, bukan karena dia memenuhi kriteria sebagai pemimpin. Kunci keberhasilan pada tantangan yang kedua ini ada pada perbaikan fungsi rekruitmen pada parpol, intinya partai harus punya mesin atau sistem yang benar dalam menghasilkan kader-kader yang berkualitas.
Tak bisa dipungkiri fenomena minimnya kepercayaan masyarakat terhadap parpol adalah problem serius yang harus segera diatasi. Untuk memberikan solusi terhadap problem ini terlebih dahulu harus dipahami dengan jelas apa yang menjadi akar dari problem ini apakah problem ideologinya (pemikiran dan metode perjuangan), ikatan antar orang-orang di partai, atau justru kualitas orang-orang yang bergabung di dalamnya ?. Dalam salah satu kitabnya yang berjudul At-Takattul Al-Hizbiy, politisi muslim internasional Taqiyuddin An-Nabhani menyatakan ada 2 penyakit yang mengancam parpol di dunia pada umumnya ; 1. Penyakit Ideologis, 2. Penyakit Elitis. Inilah kiranya yang sedang diindap parpol di Indonesia saat ini.
Penyakit ideologis lahir dari ideologi yang diadopsi partai. Ideologi inilah yang mempengaruhi pemikiran dan metode perjuangan partai. Di dunia saat ini hanya ada ideologi besar yang layak disebut ideologi, yakni : 1. Sosialisme-komunisme, 2.Sekularisme-Kapitalisme, 3. Islam. Disahkankannya Undang-undang yang tidak pro rakyat seperti UU Migas, UU Penanaman Modal, UU Minerba, Privatisasi Pendidikan dan Kesehatan dll, yang oleh banyak pakar ditengarai sebagai produk hukum beraroma neolib terbukti banyak merugikan rakyat, dimana neolib sendiri adalah turunan dari Ideologi Kapitalisme. Bahkan ketika pemerintah merencanakanPencabutan Subsidi BBM, Kelistrikan dan lain-lain tak ada satu partaipun yang menolak. Paradigma kapitalisme membuat partai-partai lebih berpikir saling rebut kekuasaan ketimbang mengurus rakyat. Tak jarang kejahatan menjadi alat tawar menawar politik untuk mempertahankan kepentingan kekuasaan. Sikap kompromi menjadi menonjol, yang penting semuanya aman dan untung. Kondisi ini menyebabkan kasus century, Lapindo, skandal BLBI, korupsi wisma atlet dll terkesan sengaja dibiarkan mengambang untuk melindungi orang-orang yang terlibat.
Sementara, penyakit elitis digambarkan dengan jauhnya hubungan parpol dengan masyarakat, dampaknya partai lebih mementingkan dirinya sendiri ketimbang aspirasi masyarakat. Ditengah kondisi rakyat yang memprihatinkan anggota dewan justru berlomba untuk menampakkan gaya hidup highclass-nya, dengan menghamburkan uang rakyat seperti dalam proyek renovasi ruang rapat banggar, renovasi toilet, renovasi gedung pertemuan wartawan, dll.
Melihat fenomena tersebut, harus ada upaya serius untuk mengembalikan citra parpol.Kapitalisme yang diemban parpol secara sadar atau tidak telah menyengsarakan rakyat dan menghantar parpol pada kehinaan. Ideologi ini harus ditanggalkan dan diganti dengan ideologi alternatif yang pro rakyat, yang betul-betul mengkristal dalam diri kader-kader parpol, sehingga dengan ideologi itulah parpol akan memimpin dan mengayomi masyarakat. Mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada parpol sejatinya melakukan penyadaran umum kepada masyarakat tentang ideologi yang benar berikut cara mewujudkannya.
Ketiga, menjadi partai yang visioner sesuai dengan tuntutan zaman adalah sebuah mimpi setiap partai politik yang ada di Indonesia. Namun apakah partai-partai di Indonesia ini sudah bisa dikatakan sebagai partai yang visioner yang dapat mengembangkan visi sesuai dengan idealnya sebuah partai politik? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus mengurai apa saja kekurangan parta dan juga penyebabnya mengapa partai kurang optimal dalam memaksimalkan mesin-mesin politik yang ada untuk menjadi partai visioner.

Kelemahan-kelemahan partai politik di Indonesia

  • µ  Ideologi (platform) tidak operasional, sukar diidentifikasi arah kebijakan publik yang diperjuangkan, sukar dibedakan antar partai.
  • µ  Kecenderungan personalisme (kultus individu, atau elit tidak berakar di partai/kader jenggot)
  • µ  Organisasi partai kurang dikelola secara demokratis, elit partai sangat dominan
  • µ  Kurang memiliki akuntabilitas kepada publik (dana partai tidak jelas)
  • µ  Pecah kongsi, karena persaingan mendapat kedudukan yg mekanismenya tidak diatur terbuka, kompetitif dan fair
  • µ  Disiplin partai rendah, terjadi kutu loncat
  • §      Masalah organisasi dan kepemimpinan
  • §      Masalah ideologi dan program
  • §      Masalah basis social
  • §      Masalah strategi dan taktik
  • §      Masalah pelembagaan (institusionalisasi) demokrasi internal.
  • ·         Tidak jelasnya segmen pemilih yang dibidik sebagai basis sosial partai;
  • ·         Orientasi cenderung kultural/primordial;
  • ·         Kegagalan mengidentifikasi dan merumuskan kepentingan segmen pemilih;
  • ·         Ketidakberanian dalam menetapkan segmen pemilih/masyarakat sbg basis sosial partai;
  • ·         Kecenderungan membangun partai untuk semua segmen dan atau kelompok/golongan masyarakat.
  • -        Tidak ada tradisi menyusun strategi dan taktik dalam memperjuangkan kepentingan à strategi dan taktik sbg pilihan individu dan atau kelompok;
  • -        Orientasi strategi pada jabatan politik, ketimbang memenangkan kebijakan;
  • v  Belum ada kultur berdemokrasi;
  • v  Penyimpangan terhadap prosedur, mekanisme dan aturan main organisasi (seperti diatur dalam AD/ART partai);
  • v  AD/ART disusun tanpa memperhitungkan situasi transisional yang dialami partai;
  • v  AD/ART lalai mengatur mekanisme solusi konflik internal partai;




Problematik Partai Politik di Indonesia


Masalah Basis Sosial Partai Politik[1]


Masalah Strategi dan Taktik Partai


Masalah Institusional Partai


Bersambung . . .



[1] Syamsudin Haris



Oleh : Eko Eddya Supriyanto, S.IP
0 Komentar untuk " Tantangan Partai Politik Dalam Menghadapi Globalisasi "
Back To Top